Pembelajaran
Daring Efektif (?)
Oleh: HJ Sriyanto
Beberapa hari
yang lalu saya mendapatkan umpan balik dari anak murid saya terkait dengan
pembelajaran daring di kelas matematika
selama masa pandemi covid 19 ini. Secara umum ada dua hal utama dari umpan
balik tersebut, yaitu praktik baik di kelas daring matematika dan hal-hal yang
perlu diperbaiki dan dikembangkan untuk kelas daring selanjutnya. Untungnya, cukup
banyak anak murid yang melihat praktik baik di kelas daring matematika saya, di
antara banyak masukan dan juga keluhan mereka selama mengikuti pembelajaran
daring beberapa waktu ini.
Praktik baik dalam pembelajaran matematika kelas daring menurut para murid antara
lain semua sarana pembelajaran online dimaksimalkan; penggunaan
google classroom, zoom dan banyak media pembelajaran secara efektif yang
memudahkan siswa memahami materi; materi yang diberikan sangat jelas sudah ada cara dan tahap-tahapnya sehingga
lebih mudah dimengerti; memberikan banyak referensi yang lengkap terkait dengan
materi yang dipelajari; memberikan latihan soal dan tugas di google classroom yang
membantu siswa semakin memahami materi secara mendalam; berkomunikasi dan berinteraksi
dengan siswa secara baik (berdiskusi bersama, menjelaskan jika ada siswa yang
bertanya, dan mengkonfirmasi jawaban latihan siswa); kegiatan pembelajaran direncanakan
dengan sangat baik dengan instruksi yang jelas (memberi modul, sesi pertanyaan,
dan follow up dengan kuis); memberi kebebasan murid dalam cara belajar;
menerima pertanyaan siswa terkait materi yang
sulit dan mengoreksi jika ada yang salah dari latihan yang dikerjakan siswa; selalu menyapa dan menanyakan keadaan siswa, sering bercanda;
dan masih banyak lagi yang lain. Nah, salah satunya yang ini: karakter pribadi yang angkuh dan gagah yang
membuat murid respect atau segan. Tapi justru hal itu yang membuat siswa terpacu dalam pelajaran matematika.
Sementara yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menurut siswa antara lain sebaiknya
tidak terlalu cepat berganti materi, karena tidak semua siswa bisa mengerti materi dengan cepat; sebaiknya memberikan tambahan penjelasan materi,
khususnya yang sulit secara visual misalnya melalui zoom; pemberian video
penjelasan lewat YouTube diperbanyak supaya lebih paham, karena bagi murid sangat
sulit untuk memahami materi kalau hanya membaca sumber yang diberikan; menambah latihan soal; soalnya jangan terlalu sulit dan waktu mengerjakan diperlonggar; mungkin hasil latihan dan kuis dapat lebih maksimal
jika waktu lebih panjang karena terkadang terdapat masalah jaringan sehingga waktu berkurang dan murid mengerjakan dengan tergesa-gesa; pertemuan
berupa diskusi terbuka untuk membahas materi dengan santai dan penjelasan dari
pak Joyo berbentuk video atau semacamnya akan sangat membantu.
Dari
umpan balik di atas tampak bagaimana proses pembelajaran kelas daring
matematika saya selama beberapa waktu terakhir ini dari perspektif murid. Ada banyak
hal yang mesti diusahakan agar proses pembelajaran semakin efektif. Dan umpan
balik dari siswa semacam itu akan sangat berguna dan membantu guru dalam mendesain
pembelajaran daring yang efektif.
Saya
merasa beruntung, pada awal tahun
ajaran ini – jauh sebelum pandemi terjadi - saya sudah mengenalkan dan menggunakan
strategi pembelajaran blended learning dalam pembelajaran matematika. Salah satu cara
belajar yang efektif menurut saya adalah dengan cara meneliti. Cara ini yang
saya gunakan ketika saya mempelajari tentang blended learning. Dengan
meneliti, saya belajar mendalam tentang teorinya,
menerapkan teori itu dengan melakukan ujicoba strategi blended learning dalam
pembelajaran matematika, mengevaluasi dan mendapatkan banyak masukan dari siswa
dan kolega guru, merefleksikan proses pembelajaran yang sudah dilakukan demi memperoleh
pemahaman yang semakin baik. Lebih dari itu saya mengetahui sejauh mana strategi
pembelajaran itu efektif di kelas matematika saya. Dan setelah proses belajar
dengan meneliti itu selesai, para siswa tampaknya “ketagihan” dengan strategi
blended learning dan menginginkan agar strategi pembelajaran ini terus dipakai
dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Sebagai gambaran proses pembelajaran dengan strategi blended learning di
kelas matematika, saya menggunakan google classroom sebagai sarana/media pembelajaran.
Setiap kali saya harus mengunggah materi pelajaran yang berupa teks (modul dan
lembar kerja siswa), video pembelajaran yang saya pilih dari YouTube dengan
durasi yang tidak panjang) sebelum
pelajaran tatap muka di kelas. Siswa sesuai kesepakatan harus mempelajari
materi tersebut sebelum pelajaran di kelas. Sehingga di kelas aktivitas
pembelajarannya lebih banyak diskusi dan pendalaman materi dengan soal-soal yang
lebih menantang. Dengan demikian penguasaan materi ajar menjadi semakin
mendalam. Siswa dapat mengunggah hasil diskusi dan pekerjaan mereka di google
classroom. Salah satu keuntungan dari strategi pembelajaran blended learning
adalah kebutuhan belajar setiap siswa bisa terfasilitasi. Siswa yang cepat belajar
bisa mengerjakan banyak soal latihan tambahan yang menantang yang disediakan oleh guru. Sementara siswa yang
membutuhkan lebih banyak waktu untuk memahami materi ajar bisa mengulang materi
yang sudah diunggah baik oleh guru maupun temannya di google classroom sesuai
dengan tingkat kecepatan belajarnya.
Nah, ketika saat ini terjadi pandemi, di mana proses pembelajaran harus
dilakukan di rumah, kami setidaknya tidak terlalu gagap lagi. Strategi blended
learning di awal tahun ajaran ini seolah menyiapkan kami untuk menghadapi
situasi sulit seperti sekarang ini. Jika dalam strategi blended learning masih
ada tatap muka, saat sekarang kami harus daring secara penuh. Dalam pembelajaran dengan strategi blended
learning, ketika ada siswa yang tidak memahami materi saat belajar sendiri di
rumah, saya tidak begitu khawatir. Sebab ada kelas tatap muka, di mana saya
bisa bertemu dan memastikan anak murid memahami materi itu dengan baik. Namun kesempatan
bertemu dan bisa menjelaskan secara langsung kepada siswa itu tidak mungkin
terjadi di kelas virtual. Ini masalahnya! Bagaimanapun pelajaran matematika
tidak mudah, karena memiliki karakteristik berbeda dengan mata pelajaran lain
dalam mempelajarinya. Tantangannya adalah bagaimana mendesain materi ajar yang dengan
mudah dan cepat dipahami oleh siswa.
Bagi sebagian orang mungkin menganggap kelas daring itu mudah. Bisa disambi
mengerjakan banyak hal lain, karena toh kita melakukannya di rumah. Bagi saya tak seperti yang dikira. Untuk
menyiapkan desain kelas daring saya membutuhkan waktu dua
kali lebih banyak dibanding kelas tatap muka langsung. Saya harus menyiapkan
konten yang dengan cepat bisa dipahami murid, mencari media bantu yang pas dan
alur aktivitas belajar yang tepat. Sebab saya tidak hadir secara langsung yang
bisa dengan seketika menangkap kesulitan yang dialami murid. Ini jauh menyiksa. Sebab pada akhir kelas selalu tersisa rasa was-was. Anak-murid itu seberapa paham senyatanya?
Sekali lagi saya merasa beruntung bahwa
saya tahun lalu juga pernah belajar tentang generasi Z dengan melakukan penelitian sederhana
terkait dengan model pembelajaran matematika yang menyenangkan bagi siswa
generasi Z. Sebagian hasil penelitian ini saya presentasikan ketika saya
diundang menjadi salah satu pembicara dalam seminar pendidikan nasional di
Universitas Sanata Dharma tahun 2018 yang lalu. Sesuai dengan karakteristik
generasi Z, pembelajaran akan efektif jika materi disampaikan dalam
sequel-sequel yang tidak membutuhkan durasi lama untuk memahaminya. Bagaimanapun
rentang perhatian generasi Z itu sangat pendek. Mereka tidak suka dengan hal
yang bertele-tele. Mereka ingin mengerjakan sesegera mungkin dan selesai,
karena mereka ingin segera melakukan banyak hal lainya. Mereka adalah generasi
multi-switching. Selanjutnya beri tantangan, karena salah satu karakteristik
dari generasi Z itu senang dengan hal yang menantang. Memahami karakteristik-karakteristik
generasi Z ini sangat membantu saya dalam mendesain pembelajaran, khususnya
pembelajaran online. Oleh karena itu dalam satu kali pertemuan pembelajaran
daring, materi ajar tidak terlalu banyak. Biasanya saya hanya memberikan satu
pokok bahasan, maksimal dua pokok bahasan. Itupun antar pokok bahasan masih
saling berkaitan. Konsep dasar mesti dipahami siswa dengan jelas, mulai
dari pengertian, definisi, hingga notasi. Selanjutnya operasi matematikanya,
dengan memberikan contoh dan langkah-langkahnya tahap demi tahap, penguatan
konsep dengan memberikan latihan soal dimana setiap siswa harus mengerjakan
dengan mengunggah di google classroom, konfirmasi atas pemahaman siswa,
pendalaman materi dan biasanya saya mengakhiri dengan kuis yang jawabannya
harus disubmit untuk mengikat siswa mengikuti pembelajaran daring hingga akhir.
Penggunaan zoom meeting dalam pembelajaran
daring pada awalnya saya hindari, mengingat evaluasi dari banyak guru yang lain,
karena aplikasi ini banyak menghabiskan kuota internet. Namun akhirnya saya
menggunakannya, meskipun tetap saya batasi durasinya. Saya menggunakan zoom
untuk mengawali pembelajaran daring dengan menyapa siswa, menanyakan kondisi
mereka, memastikan mereka mengikuti kelas, membiarkan mereka saling bersemuka
satu dengan yang lain dan saling bercanda. Saya pikir hal itu dapat membantu
mengurangi kejenuhan siswa belajar dari rumah. Selain itu, saya melakukan apersepsi
untuk mengajak dan mengantar siswa fokus pada konsep/materi yang akan
dipelajari. Zoom meeting akan saya gunakan lagi ketika menjelaskan konsep/materi
dimana sebagian besar siswa mengalami kesulitan dengan konsep/materi tersebut. Untuk
membantu menjelaskan saya menggunakan jamboard atau aplikasi serupa yang
memungkinkan saya menulis di papan tulis online tersebut.
Pandemi telah membawa banyak perubahan
dalam kehidupan manusia. Pandemi telah memaksa manusia untuk berubah dan
menemukan cara-cara baru dalam menyikapi situasi kini. Tak terkecuali dalam
dunia pendidikan. Pun guru dituntut menemukan cara-cara baru dalam
pengajarannya. Tentu para guru harus mengeksplorasi lagi banyak kemungkinan
yang bisa digunakan untuk pembelajaran daring demi memudahkan siswa menguasai
materi ajar dan memiliki kompetensi yang diharapkan sesuai tujuan pembelajaran. Ada
banyak kelas online yang diselenggarakan oleh banyak pihak untuk menambah
kompetensi guru kaitannya dengan pembelajaran virtual. Saya senang di komunitas
sekolah saya, terbentuk komunitas guru belajar. Tiga kali dalam seminggu selama 45 -
60 menit diadakan kelas daring dengan pemateri para guru sendiri, dosen, atau
guru dari sekolah lain untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam
memaksimalkan teknologi informasi untuk pembelajaran. Pengetahuan baru semacam ini akan sangat
membantu guru dalam mengelola pembelajaran daring yang semakin efektif. Tentu
dibutuhkan kesediaan guru untuk mau belajar terus menerus agar dapat
beradaptasi dengan dunia yang terus berubah.
Akhirnya saya merasa bersyukur menjadi
seorang guru. Bagi saya mengajar anak-murid merupakan sebuah anugerah. Tak seperti tampaknya mereka yang sangar, urakan, gondrong, sakpenake.
Mereka adalah pribadi-pribadi otentik, berkomitmen dan bisa diandalkan. Anda akan merasakan bedanya mengajar mereka! Anda tidak perlu menjadi siapa-siapa di depan
mereka, cukup menjadi diri sendiri! Berkah Dalem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar