25 April 2020

Pembelajaran Daring Efektif (?)
Oleh: HJ Sriyanto






Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan umpan balik dari anak murid saya terkait dengan pembelajaran daring  di kelas matematika selama masa pandemi covid 19 ini. Secara umum ada dua hal utama dari umpan balik tersebut, yaitu praktik baik di kelas daring matematika dan hal-hal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan untuk kelas daring selanjutnya. Untungnya, cukup banyak anak murid yang melihat praktik baik di kelas daring matematika saya, di antara banyak masukan dan juga keluhan mereka selama mengikuti pembelajaran daring beberapa waktu ini.
Praktik baik dalam pembelajaran matematika kelas daring menurut para murid antara lain semua sarana pembelajaran online dimaksimalkan; penggunaan google classroom, zoom dan banyak media pembelajaran secara efektif yang memudahkan siswa memahami materi; materi yang diberikan sangat jelas  sudah ada cara dan tahap-tahapnya sehingga lebih mudah dimengerti; memberikan banyak referensi yang lengkap terkait dengan materi yang dipelajari; memberikan latihan soal dan tugas di google classroom yang membantu siswa semakin memahami materi secara mendalam; berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa secara baik (berdiskusi bersama, menjelaskan jika ada siswa yang bertanya, dan mengkonfirmasi jawaban latihan siswa); kegiatan pembelajaran direncanakan dengan sangat baik dengan instruksi yang jelas (memberi modul, sesi pertanyaan, dan follow up dengan kuis); memberi kebebasan murid dalam cara belajar; menerima pertanyaan siswa terkait materi yang sulit dan mengoreksi jika ada yang salah dari latihan yang dikerjakan siswa; selalu menyapa dan menanyakan keadaan siswa, sering bercanda; dan masih banyak lagi yang lain. Nah, salah satunya yang ini: karakter pribadi yang angkuh dan gagah yang membuat murid respect atau segan. Tapi justru hal itu yang membuat siswa terpacu dalam pelajaran matematika.
Sementara yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menurut siswa antara lain sebaiknya tidak terlalu cepat berganti materi, karena tidak semua siswa bisa mengerti materi dengan cepat; sebaiknya memberikan tambahan penjelasan materi, khususnya yang sulit secara visual misalnya melalui zoom; pemberian video penjelasan lewat YouTube diperbanyak supaya lebih paham, karena bagi murid sangat sulit untuk memahami materi kalau hanya membaca sumber yang diberikan; menambah latihan soal; soalnya jangan terlalu sulit dan waktu mengerjakan diperlonggar; mungkin hasil latihan dan kuis dapat lebih maksimal jika waktu lebih panjang karena terkadang terdapat masalah jaringan sehingga waktu berkurang dan murid mengerjakan dengan tergesa-gesa; pertemuan berupa diskusi terbuka untuk membahas materi dengan santai dan penjelasan dari pak Joyo berbentuk video atau semacamnya akan sangat membantu.
Dari umpan balik di atas tampak bagaimana proses pembelajaran kelas daring matematika saya selama beberapa waktu terakhir ini dari perspektif murid. Ada banyak hal yang mesti diusahakan agar proses pembelajaran semakin efektif. Dan umpan balik dari siswa semacam itu akan sangat berguna dan membantu guru dalam mendesain pembelajaran daring yang efektif.
Saya merasa beruntung, pada awal tahun ajaran ini – jauh sebelum pandemi terjadi - saya sudah mengenalkan dan menggunakan strategi pembelajaran blended learning dalam pembelajaran matematika. Salah satu cara belajar yang efektif menurut saya adalah dengan cara meneliti. Cara ini yang saya gunakan ketika saya mempelajari tentang blended learning. Dengan meneliti, saya belajar mendalam tentang  teorinya, menerapkan teori itu dengan melakukan ujicoba strategi blended learning dalam pembelajaran matematika, mengevaluasi dan mendapatkan banyak masukan dari siswa dan kolega guru, merefleksikan proses pembelajaran yang sudah dilakukan demi memperoleh pemahaman yang semakin baik. Lebih dari itu saya mengetahui sejauh mana strategi pembelajaran itu efektif di kelas matematika saya. Dan setelah proses belajar dengan meneliti itu selesai, para siswa tampaknya “ketagihan” dengan strategi blended learning dan menginginkan agar strategi pembelajaran ini terus dipakai dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Sebagai gambaran proses pembelajaran dengan strategi blended learning di kelas matematika, saya menggunakan google classroom sebagai sarana/media pembelajaran. Setiap kali saya harus mengunggah materi pelajaran yang berupa teks (modul dan lembar kerja siswa), video pembelajaran yang saya pilih dari YouTube dengan durasi yang tidak panjang)  sebelum pelajaran tatap muka di kelas. Siswa sesuai kesepakatan harus mempelajari materi tersebut sebelum pelajaran di kelas. Sehingga di kelas aktivitas pembelajarannya lebih banyak diskusi dan pendalaman materi dengan soal-soal yang lebih menantang. Dengan demikian penguasaan materi ajar menjadi semakin mendalam. Siswa dapat mengunggah hasil diskusi dan pekerjaan mereka di google classroom. Salah satu keuntungan dari strategi pembelajaran blended learning adalah kebutuhan belajar setiap siswa bisa terfasilitasi. Siswa yang cepat belajar bisa mengerjakan banyak soal latihan tambahan yang menantang  yang disediakan oleh guru. Sementara siswa yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk memahami materi ajar bisa mengulang materi yang sudah diunggah baik oleh guru maupun temannya di google classroom sesuai dengan tingkat kecepatan belajarnya.
Nah, ketika saat ini terjadi pandemi, di mana proses pembelajaran harus dilakukan di rumah, kami setidaknya tidak terlalu gagap lagi. Strategi blended learning di awal tahun ajaran ini seolah menyiapkan kami untuk menghadapi situasi sulit seperti sekarang ini. Jika dalam strategi blended learning masih ada tatap muka, saat sekarang kami harus daring secara penuh. Dalam pembelajaran dengan strategi blended learning, ketika ada siswa yang tidak memahami materi saat belajar sendiri di rumah, saya tidak begitu khawatir. Sebab ada kelas tatap muka, di mana saya bisa bertemu dan memastikan anak murid memahami materi itu dengan baik. Namun kesempatan bertemu dan bisa menjelaskan secara langsung kepada siswa itu tidak mungkin terjadi di kelas virtual. Ini masalahnya! Bagaimanapun pelajaran matematika tidak mudah, karena memiliki karakteristik berbeda dengan mata pelajaran lain dalam mempelajarinya. Tantangannya adalah bagaimana mendesain materi ajar yang dengan mudah dan cepat dipahami oleh siswa.
Bagi sebagian orang mungkin menganggap kelas daring itu mudah. Bisa disambi mengerjakan banyak hal lain, karena toh kita melakukannya di rumah. Bagi saya tak seperti yang dikira. Untuk menyiapkan desain kelas daring saya membutuhkan waktu dua kali lebih banyak dibanding kelas tatap muka langsung. Saya harus menyiapkan konten yang dengan cepat bisa dipahami murid, mencari media bantu yang pas dan alur aktivitas belajar yang tepat. Sebab saya tidak hadir secara langsung yang bisa dengan seketika menangkap kesulitan yang dialami murid. Ini jauh menyiksa.  Sebab pada akhir kelas selalu tersisa rasa was-was. Anak-murid itu seberapa paham senyatanya?
Sekali lagi saya merasa beruntung bahwa saya tahun lalu juga pernah belajar tentang generasi Z dengan melakukan penelitian sederhana terkait dengan model pembelajaran matematika yang menyenangkan bagi siswa generasi Z. Sebagian hasil penelitian ini saya presentasikan ketika saya diundang menjadi salah satu pembicara dalam seminar pendidikan nasional di Universitas Sanata Dharma tahun 2018 yang lalu. Sesuai dengan karakteristik generasi Z, pembelajaran akan efektif jika materi disampaikan dalam sequel-sequel yang tidak membutuhkan durasi lama untuk memahaminya. Bagaimanapun rentang perhatian generasi Z itu sangat pendek. Mereka tidak suka dengan hal yang bertele-tele. Mereka ingin mengerjakan sesegera mungkin dan selesai, karena mereka ingin segera melakukan banyak hal lainya. Mereka adalah generasi multi-switching. Selanjutnya beri tantangan, karena salah satu karakteristik dari generasi Z itu senang dengan hal yang menantang. Memahami karakteristik-karakteristik generasi Z ini sangat membantu saya dalam mendesain pembelajaran, khususnya pembelajaran onlineOleh karena itu dalam satu kali pertemuan pembelajaran daring, materi ajar tidak terlalu banyak. Biasanya saya hanya memberikan satu pokok bahasan, maksimal dua pokok bahasan. Itupun antar pokok bahasan masih saling berkaitan. Konsep dasar mesti dipahami siswa dengan jelas, mulai dari pengertian, definisi, hingga notasi. Selanjutnya operasi matematikanya, dengan memberikan contoh dan langkah-langkahnya tahap demi tahap, penguatan konsep dengan memberikan latihan soal dimana setiap siswa harus mengerjakan dengan mengunggah di google classroom, konfirmasi atas pemahaman siswa, pendalaman materi dan biasanya saya mengakhiri dengan kuis yang jawabannya harus disubmit untuk mengikat siswa mengikuti pembelajaran daring hingga akhir.
Penggunaan zoom meeting dalam pembelajaran daring pada awalnya saya hindari, mengingat evaluasi dari banyak guru yang lain, karena aplikasi ini banyak menghabiskan kuota internet. Namun akhirnya saya menggunakannya, meskipun tetap saya batasi durasinya. Saya menggunakan zoom untuk mengawali pembelajaran daring dengan menyapa siswa, menanyakan kondisi mereka, memastikan mereka mengikuti kelas, membiarkan mereka saling bersemuka satu dengan yang lain dan saling bercanda. Saya pikir hal itu dapat membantu mengurangi kejenuhan siswa belajar dari rumah. Selain itu, saya melakukan apersepsi untuk mengajak dan mengantar siswa fokus pada konsep/materi yang akan dipelajari. Zoom meeting akan saya gunakan lagi ketika menjelaskan konsep/materi dimana sebagian besar siswa mengalami kesulitan dengan konsep/materi tersebut. Untuk membantu menjelaskan saya menggunakan jamboard atau aplikasi serupa yang memungkinkan saya menulis di papan tulis online tersebut.
Pandemi telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Pandemi telah memaksa manusia untuk berubah dan menemukan cara-cara baru dalam menyikapi situasi kini. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Pun guru dituntut menemukan cara-cara baru dalam pengajarannya. Tentu para guru harus mengeksplorasi lagi banyak kemungkinan yang bisa digunakan untuk pembelajaran daring demi memudahkan siswa menguasai materi ajar dan memiliki kompetensi yang diharapkan sesuai tujuan pembelajaran. Ada banyak kelas online yang diselenggarakan oleh banyak pihak untuk menambah kompetensi guru kaitannya dengan pembelajaran virtual. Saya senang di komunitas sekolah saya, terbentuk komunitas guru belajar. Tiga kali dalam seminggu selama 45 - 60 menit diadakan kelas daring dengan pemateri para guru sendiri, dosen, atau guru dari sekolah lain untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam memaksimalkan teknologi informasi untuk pembelajaran.  Pengetahuan baru semacam ini akan sangat membantu guru dalam mengelola pembelajaran daring yang semakin efektif. Tentu dibutuhkan kesediaan guru untuk mau belajar terus menerus agar dapat beradaptasi dengan dunia yang terus berubah.
Akhirnya saya merasa bersyukur menjadi seorang guru. Bagi saya mengajar anak-murid merupakan sebuah anugerah. Tak seperti tampaknya mereka yang sangar, urakan, gondrong, sakpenake. Mereka adalah pribadi-pribadi otentik, berkomitmen dan bisa diandalkan. Anda akan merasakan bedanya mengajar mereka! Anda tidak perlu menjadi siapa-siapa di depan mereka, cukup menjadi diri sendiri! Berkah Dalem.