13 Februari 2009

Praksis Pendidikan Serba Bertanya


Ini masih ada kaitannya dengan pembelajaran berbasis kelompok. Dalam dinamika pembelajaran berbasis kelompok, ada salah satu kelompok yang mengusulkan agar setiap kelompok menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab dalam diskusi kelompok 5 menit sebelum proses pembelajaran selesai. Saya segera mengapresiasi positif usul tersebut dan menerapkannya dalam dinamika pembelajaran selanjutnya. Dan sungguh luar biasa, ada banyak pertanyaan yang menarik dan menggelitik yang membuat kami semua harus berpikir. Biasanya pada pertemuan berikutnya saya membacakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh kelompok pada awal kelas matematika. Saya memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Di luar dugaan, banyak siswa yang terlibat dan menanggapi. Bagian saya hanya memberi penegasan-penegasan atas jawaban-jawaban para siswa dan memberi penjelasan seperlunya, jika tidak ada siswa yang memberi tanggapan atas pertanyaan tertentu. Pun saya menyarankan referensi tertentu untuk dibaca para siswa sebagai rujukan. Sungguh menyenangkan bukan? Dari proses ini saya sendiri juga mendapatkan banyak hal baru dari para siswa. Setidaknya proses ini memaksa saya untuk berpikir terus menerus dan selalu belajar. Ah... inilah nikmatnya menjadi guru....

Ini beberapa pertanyaan yang diajukan oleh para siswa dalam pembelajaran Logika Matematika:
Apakah itu bilangan komposit?
Agung adalah siswa yang tampan. Deklaratif benar atau salah? Bukankah tampan itu relatif? Bagaimana menentukan nilai kebenarannya?
Bisa nggak kalimat perintah atau tanya diubah menjadi pernyataan?
Negasi dinegasikan kembali maksudnya bagaimana?

Dan masih banyak lagi pertanyaan lain dan menghangatkan kelas matematika kami.

Ya, kami memang sedang belajar di kelas matematika.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Menarik sekali mas Joyo. Rasanya, pertanyaan menjadi titik pangkal dari semua pengetahuan ya.



Kalau Rene Descartes bilang:
Aku berpikir, maka aku ada
barangkali tak ada salahnya jika diganti dengan :
Aku bertanya, maka aku ada.
Karena sepertinya dibutuhkan minimal 1 pertanyaan bagi seseorang untuk mulai berpikir.


Hehehe, jadi nganclong. Ditunggu tulisan berikutnya Mas, salam buat keluarga.

RenunganKita mengatakan...

Sejujurnya sistem kerja kelompok yang dibuat pak joyo tu menyenangkan. Karena itu nilaiku juga meningkat dari semester satu.
Padahal ketika ujian semester, nilai matq hanya menjadi terendah ke tiga di kelas..

Tetapi memang godaannya kalu ketika kerja kelompok, malah menjadi tidak konsen..

Akhirnya saya hanya bisa berharap kalau kelasku tetap rame seperti biasanya, semoga kerja kelompok tidak dihilangkan. Karena untuk banyak siswa itu menyenangkan dan membantu. Hanya sebagian yang menganggap itu "menyenangkan",, karena bisa ngobrol dan jalan-jalan..
Semoga ada apresiasi yang berbeda untuk yang bisa bekerja sama dengan yang tidak... :)

RenunganKita mengatakan...

Sejujurnya sistem kerja kelompok yang dibuat pak joyo tu menyenangkan. Karena itu nilaiku juga meningkat dari semester satu.
Padahal ketika ujian semester, nilai matq hanya menjadi terendah ke tiga di kelas..

Tetapi memang godaannya kalu ketika kerja kelompok, malah menjadi tidak konsen..

Akhirnya saya hanya bisa berharap kalau kelasku tetap rame seperti biasanya, semoga kerja kelompok tidak dihilangkan. Karena untuk banyak siswa itu menyenangkan dan membantu. Hanya sebagian yang menganggap itu "menyenangkan",, karena bisa ngobrol dan jalan-jalan..
Semoga ada apresiasi yang berbeda untuk yang bisa bekerja sama dengan yang tidak... :)